Dampak
Perdagangan Bebas di Asia Terhadap Lulusan Sarjana Ilmu Komputer
Perdagangan Bebas
Perdagangan bebas dapat juga
didefinisikan sebagai tidak adanya hambatan buatan (hambatan yang diterapkan
pemerintah) dalam perdagangan antar individual-individual dan
perusahaan-perusahaan yang berada di negara yang berbeda.
Perdagangan bebas adalah penjualan produk antar negara tanpa pajak
ekspor-impor atau hambatan perdagangan lainnya.Perdagangan internasional sering
dibatasi oleh berbagai pajak negara, biaya tambahan yang diterapkan pada barang
ekspor impor, dan juga regulasi non tarif pada barang
impor.Perjanjian-perjanjian tersebut sering dikritik karena melindungi
kepentingan perusahaan-perusahaan besar.Perdagangan bebas dapat juga didefinisikan sebagai tidak adanya hambatan buatan (hambatan yang diterapkan pemerintah) dalam perdagangan antar individual-individual dan perusahaan-perusahaan yang berada di negara yang berbeda. Sedangkan dampak yang dihasilkan mungkin dari segi gaji yang ditawarkan antara tenaga TI dalam negri dan luar negri yang cukup berbeda sekitar 2-3 kali lipat.Lapangan kerja yang tersedia di luar negri mungkin sekitar 3 juta untuk amatir sampai profesional programer untuk saat ini.
negara-negara maju dalam bidang teknologi IT pun ternyata masih mempunyai kebutuhan di bidang ini karena susahnya mendapatkan tenaga ahli dalam negri, ini bisa menjadi peluang bagi tenaga IT indonesia juga karena tenaga kerja indonesia dalam bidang ini pun tak kalah dari negara semacam china dan india yang telah menjadi penyuplai utama tenaga kerja untuk tenaga kerja indonesia.
Pro-kontra perdagangan bebas
Banyak ekonom yang berpendapat bahwa
perdagangan bebas meningkatkan standar hidup melalui teori keuntungan
komparatif dan ekonomi skala besar. Sebagian lain berpendapat bahwa perdagangan
bebas memungkinkan negara maju untuk mengeksploitasi negara berkembang dan merusak
industri lokal, dan juga membatasi standar kerja dan standar sosial. Sebaliknya
pula, perdagangan bebas juga dianggap merugikan negara maju karena ia
menyebabkan pekerjaan dari negara maju berpindah ke negara lain dan juga
menimbulkan perlombaan serendah mungkin yang menyebabkan standar hidup dan
keamanan yang lebih rendah. Perdagangan bebas dianggap mendorong negara-negara
untuk bergantung satu sama lain, yang berarti memperkecil kemungkinan perang.
Dampak perdagangan bebas di Asia
terhadap lulusan sarjana Ilmu Komputer dan TI
Berdasarkan sebuah survey yang telah
dilakukan oleh PT Work IT Out yang dipimpin oleh Heru Nugroho, meski masih
banyak dibutuhkan di dalam negeri, peluang kerja bagi tenaga kerja TI untuk
keluar negeri pun terbuka luas, Kesempatan tetap terbuka, apalagi didukung oleh
faktor bergesernya dominasi India yang dikenal sebagai sumber SDM TI, tawaran
gajinya pun cukup menggiurkan. Bayangkan, untuk tenaga kerja TI kelas pemula
sampai menengah, perusahaan di luar negeri berani menawarkan upah sekitar US$
400 sampai US$ 600 (sekitar Rp 3, 6 juta sampai Rp 5,5 juta) per bulan. Di
kelas yang sama di dalam negeri, paling mereka hanya ditawarkan gaji sekitar Rp
900.000 sampai Rp 2,5 juta per bulannya. Itu baru yang pemula. Untuk yang sudah
punya keahlian spesifik dan berpengalaman, di luar negeri gajinya bisa mencapai
US$ 2.000 - 2.500 (sekitar Rp 18,2 juta sampai 22,7 juta) per bulan. Tiga kali
lipat dibanding di dalam negeri yang pasarannya sekitar Rp 7 sampai 10 juta.
Bidang kerja TI yang terbuka pun beragam dan hampir sama dengan yang ada di lokalan. Kebetulan kebanyakan yang dicari adalah engineer untuk networking dan wireless serta programmer. Kelihatannya trend yang sedang terjadi adalah orang atau perusahaan ingin membuat perangkat networking seperti produk dari Cisco. Untuk itu memang dibutuhkan banyak orang yang dapat membuat program dalam level C, C++ dengan real-time OS dan memiliki latar belakang (pengetahuan) di bidang telekomunikasi dan networking. Lowongan webmaster, UNIX administrator pun tidak sedikit. Jenis-jenis lowongan pekerjaan yang ditawarkan sangat banyak . Hanya saja, tenaga TI yang memiliki kemampuan terspesialisasi seringkali dicari, sayangnya agak susah mencari tenaga kerja yang sudah spesifik ini, dan kalau saya tuliskan mungkin daftar lowongan tersebut sepanjang artikel ini.
Bidang kerja TI yang terbuka pun beragam dan hampir sama dengan yang ada di lokalan. Kebetulan kebanyakan yang dicari adalah engineer untuk networking dan wireless serta programmer. Kelihatannya trend yang sedang terjadi adalah orang atau perusahaan ingin membuat perangkat networking seperti produk dari Cisco. Untuk itu memang dibutuhkan banyak orang yang dapat membuat program dalam level C, C++ dengan real-time OS dan memiliki latar belakang (pengetahuan) di bidang telekomunikasi dan networking. Lowongan webmaster, UNIX administrator pun tidak sedikit. Jenis-jenis lowongan pekerjaan yang ditawarkan sangat banyak . Hanya saja, tenaga TI yang memiliki kemampuan terspesialisasi seringkali dicari, sayangnya agak susah mencari tenaga kerja yang sudah spesifik ini, dan kalau saya tuliskan mungkin daftar lowongan tersebut sepanjang artikel ini.
Nah, kalau melihat situasi seperti
itu akan sangat mengenaskan jika orang Indonesia yang bergerak di bidang
Teknologi Informasi tidak bisa mendapatkan pekerjaan semacam itu. Masalahnya
memang tidak mudah. Mungkin memang kemampuan hasil perguruan tinggi di
Indonesia tidak memadai ? Berapa banyak sih perguruan tinggi di Indonesia yang
mampu menghasilkan "software engineer" yang handal ? Mungkin di
Indonesia baru mampu menghasilkan programmer kelas papan bawah ? Jika memang
anda programmer atau software engineer yang handal, apakah anda mengenal
istilah-istilah ini: lex, yacc, compiler construction, grammer, token, CMM, dan
sebagainya ?
Sumber : google
Tidak ada komentar:
Posting Komentar